Cerita Tentang Pulau Amat Belanda yang Kini Jadi Penghasil Rumput Laut di Kepri

Warga Pulau Amat Belanda yang menggantungkan hidup dengan penjualan rumput laut (Dok. Antaranews.com)

Sebutan Pulau Babi itu, dikarenakan dulunya ada warga yang memelihara babi. Namun, sekarang tidak ada lagi dan saat ini nama sahnya .

Nama diambil dari nama seseorang yang telah lama menetap, yakni namanya Amat dan mirip sekali dengan orang Belanda. Maka, diresmikanlah nama Pulau ini menjadi .

Para warga di dulunya sangat mudah untuk mencari uang, di tanah kelahirannya. Semua usaha maju dan banyak yang belanja menggunakan dolar. Mereka mengantungkan hidupnya, dari para pengunjung pulau yang datang dan berlibur.

Kini, pulau tersebut kini telah ditinggalkan para ‘penghuni lamanya’, menyusul berpindahnya keindahan duniawi di bagian lain di Kota Kepri.

Pada tahun 2000-an, perekonomian di pulau ini mulai menurun, dikarenakan tidak ada lagi wisatawan yang berkunjung ke Pulau Amat Belanda. Namun kini, mereka bangkit dan mengusahakan sendiri hasil laut yang melimpah di perairan pulau.

Kini, masyarakat Pulau Amat Belanda tengah bertahan hidup dengan rumput laut dan mencari ikan. Sargassum, salah satu jenis rumput laut bisa dijadikan lahan pekerjaan kini.

Siapa sangka, rumput laut yang dulunya dianggap sampah oleh masyarakat sekitar kini sangat bernilai. Bahkan salah satu keluarga di Pulau Amat Belanda, dapat mengambil rumput laut 100-200 kilogram perhari, tergantung kendaraannya untuk mengambil ke laut.

Satu kilogramnya dihargai Rp1.300. Bayangkan saja jika warga bisa mengumpulkan 100 – 200 kilogram per hari, sangat mampu mendongkrak perekonomian warga sekitar. Bahkan saat ini, hasil yang didapatkan para nelayan rumput laut, nantinya akan diekspor ke luar negeri.

Setelah melalui proses pengeringan, rumput laut nantinya dikirim ke luar negeri hingga puluhan ton, seperti ke Tiongkok, Vietnam dan negara lainnya.***

Sumber: Berbagai Sumber

Laman: 1 2

Tags: , ,