Para pekerja Jepang di Taise International Corporation seperti Mr Isuzhi, Kato, Yokogawa dan Yama dalam setiap obrolannya kepada pekerja local, seperti Machmur, menyebut daerah tempat mereka makan minum dan bersantai dengan sebutan nama Nagoya.
“Nama Nagoya mulai diucapkan sekitar tahun 1978 hingga turun temurun sekarang ini, sedangkan saat saya kecil dahulu nama kawasan itu Teluk Jodoh atau Lubuk Baja, yang kini diresmikan sebagai nama Kecamatannya,” kata Machmur.
Menurut Machmur, saat bekerja di tahun 1976 itu dirinya baru berusia 20 tahun, atau baru menyelesaikan studinya di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan bergabung di Taise International Corporation, perusahaan planners, engineers & contractors sebagai tenaga survey lapangan.
“saat saya kecil hingga dewasa belum ada nama daerah disini disebut Nagoya, setelah bekerja dan perusahaan Jepang masuk di Batam membangun sarana infrastruktur seperti Pelabuhan, Dam dan jalan, baru terdengar nama daerah Nagoya,” kata Machmur.
Machmur sendiri setelah dianggap sesepuh di Batam sempat menjabat sebagai Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kota Batam selama dua periode. Kini pun dirinya masih duduk di jajaran Dewan Kehormatan LAM.
Berdasarkan sejarahnya, nama secara resmi kawasan yang disebut sebagai Nagoya itu adalah Sungai Jodoh.
“Teluk jodoh, dahulunya ada titik keberangkatan orang Batam ke Singapura dengan boat-boat kayu, tak perlu paspor ketika itu. Daerah itu juga lokasi keributan, jika ada yang tewas dibuang saja di sungai itu,” kata Machmur.